Sabtu, 20 Oktober 2012

Leadership ~ Followership : Pola Terintegrasi Kepemimpinan

Pagi ini (20/10) saya kembali mengisi sebuah seminar dalam rangkaian program Mangkadtri 2012, sebuah program kaderisasi terintegrasi yang diadakan oleh Dept. Kaderisasi BEM Pendidikan Dokter UIN Jakarta. Saya diminta untuk menyampaikan materi "Leadership".

Tepat dua hari sebelum acara panitia menghubungi saya dan akhirnya saya sanggupi. Dan saya punya waktu 2 hari untuk mempersiapkan presentasinya. Dalam bayangan saya, momen ini harus bisa saya manfaatkan untuk memberikan pandangan saya mengenai arti penting kepemimpinan. Oleh karenannya selain membuka beberapa buku yg berkaitan saya juga sharing dengan kawan mengenai kepemimpinan.


Dan hari H pun tiba, saya tiba di ruang 308 Gedung Kedokteran UIN tepat pukul 10.48 wib. Saya dijadwalkan menyampaikan materi mulai pukul 10.55 :D ya, alhamdulillah tidak telat.

Dan acara pun dimulai...

Untuk awalan saya kembali mencoba untuk flashback aka menerawang kembali akan sejarah umat Islam dan bagaimana Islam bisa tersebar sedemikian massifnya sejak zaman Rasulullah hingga masa kekhalifahan Islam. Disini saya juga tak lupa menyampaikan tokoh pemimpin terbaik yang menaklukan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih. 

dialah yang disebut dalam hadis : "Konstantinopel akan ditaklukkan oleh sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baik pasukan"

Muhammad Al-Fatih menurut saya sangat tepat direfleksikan sebagai contoh terbaik dalam memimpin sebuah kekhalifahan Islam. Beliau diusiannya yang ke-21 dapat merealisasikan apa yang Rasulullah katakan bahwa Islam akan menaklukan Konstantinopel.

Intinya saya ingin peserta yakin bahwa Islam akan kembali jaya. Nah, salah satu jalannya adalah dengan mengasah jiwa kepemimpinan di masing-masing individu. Disini saya katakan bahwa kalian harus berusaha menjadi pemimpin yang baik, baik itu untuk diri sendiri maupun memimpin organisasi/kelompok. Pimpinlah diri ini menjadi sebaik-baik dokter kelak yang expert dibidangnya.

Selanjutnya saya mencoba menyampaikan beberapa buah pemikiran saya ditambahkan dengan materi kepemimpinan yang saya dapatkan dari guru saya, Ridwansyah Yusuf Achmad. 

Disini saya mencoba memperkenalkan sebuah konsep baru dalam materi "Leadership". Mengapa baru? Karena saya pun baru tahu dari Bang Yusuf, dan konsep ini jarang dibawakan dalam seminar yang serupa membahas ttg kepemimpinan. Saya sampaikan bahwa tak cukup jika kita hanya membahas mengenai Leadership! mengapa karena ketika ada pemimpin maka akan ada yang dipimpin/follower. Maka saya sampaikan bahwa "Leadership & Followership" merupakan suatu pembahasan yang tak terpisahkan alias satu paket. Keduanya merupakan sebuah pola terintegrasi dari sebuah kepemimpinan apapun itu.Leadership Followership ~ Mangkadtri 2012


Seorang pemimpin yang baik sebaiknya adalah seorang follower yang baik. Dan Sebaik-baik follower adalah pemimpin yang baik. Konsep ini tak terlepas dari pemahaman kita bersama bahwa "masing-masing kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawabannya"...

Selanjutnya saya giring peserta pada sebuah pemahaman bahwa sekecil apapun peran kita dalam organisasi / kelompok tak ada peran yang bisa diabaikan. So, yg kita lakukan itu punya peran tersendiri.

"Pemimpin itu dilahirkan tidak dibentuk..."

Sebuah pernyataan kontradiktif jika kita sekedar membaca lewat kalimat diatas. Tapi disini saya coba mengeksplor pendapat peserta mengenai kalimat ini. Saya cukup puas dengan pendapat beberapa peserta. Ya, menjadi pemimpin itu pilihan. Dan menurut saya memang pemimpin itu dilahirkan. Tentu bukan dalam makna sesungguhnya, tapi secara eksplisit seseorang bisa menjadi pemimpin yang baik berkat pengalamannya yang dimiliki karena sebuah proses. Dan setiap proses ini sangat jarang diambil oleh sebagian besar manusia karena dianggap merenggut kenikmatan yang sudah dimiliki di waktu yang sama.

Ngerti atau ngartos? haha.. maksudnya, pemimpin2 kharismatik yang saya kenal dan saya baca bukunya punya sesuatu yang tak dimiliki orang lain pada umumnya. Mereka mengambil langkah radikal dan tak jarang frontal. Yang mana segala tindakannya ini banyak dijauhi oleh orang lain yang seusia dengannya. Mereka berinvestasi atas usia mereka untuk berbuat lebih dari orang lain. Implikasinya mereka menjadi lebih cepat dewasa dan lebih bijaksana dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Semua karena pengalaman yang mereka rebut lebih awal dibandingkan dengan orang lain.

Muhammad Al-Fatih menghabiskan masa muda nya untuk mengembangkan diri melebihi usianya. Dia menguasai berbagai bahasa, ahli dalam siasat perang, hafal Al-Qur'an, ibadah luar biasa, ahli geografi, dan lain-lain. Tapi lihatlah diusia yang sangat muda, 21 tahun beberapa bulan, ia bisa memimpin 250.000 pasukan Islam dan berhasil menaklukan konstantinopel.

"Pemimpin yang baik itu disadari atau tidak merupakan akumulasi dari pengalaman-pengalaman terdahulu..."

Selain bercerita mengenai kepemimpinan Al-Fatih, saya juga sedikit bercerita mengenai Habibie & Ainun, Chairul Tanjung, Jusuf Kalla.. Setelah itu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Saya apresisasi setiap pertanyaan kritis yang disampaikan peserta.

Sayang saya belum menampilkan video ini saat presentasi.. video ini menunjukkan sebuah manifestasi kepemimpinan dalam diri Pepeng, komedian kondang Indonesia dalam acara Stand Up Comedy Akhir Tahun..silakan simak :



Yang menarik adalah ketika Pepeng berkata :
"Ketika awal2 sakit banyak yang bertanya..Abang pas dikasih sakit (Multiple Sclerosis) marah ga?"

"Alhamdulillah enggak"
"Biasanya kan orang pada berkata gini kalo sakit "Oh God, mhy me?"
"Wah, saya ga berani lah bilang Oh God, why me?" !"
"Terus kalau Allah bilang, "Why noot?""

Disini Pepeng mengajarkan sebuah kepemimpinan dalam mengendalikan diri sendiri. Jikalau pepeng tidak berbesar hati dan ikhlas akan penyakit Multiple Sclerosis yang dideritanya, maka bisa saja dia akan jatuh stress dan depresi. Tapi Pepeng menjawab keputusan Allah itu dengan kedewasaan dalam memimpin diri sendiri untuk bisa terus hidup dan bahkan bisa menginspirasi banyak orang lewat kisah hidupnya. Dan Pepeng nampak bahagia yang dengan kondisiny yg demikian sulit masih bisa berbagi.

Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama?

So, ketika kita mendapatkan amanah mungkin kita pernah bertanya pada Allah..

"Ya Allah, why me?" bukankah masih banyak yang lebih pantas dari saya?
Coba pikir2 lagi dan renungi bagaimana kalau Allah balik bertanya,

"Why nooot?" apakah kita bisa menjawabnya? semua ada dalam diri kita masing-masing. Dan Allah tak akan memberikan cobaan melebihi kapasitas hambanya tersebut.

Yup, sekian sharing ngisi acara BEM Pend. Dokter siang tadi..semoga bermanfaat.

Pradipta Suarsyaf..
seruput Cappucino float @cafelosphy 19.20 wib.


Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial