Senin, 16 Mei 2011

NII dan Mahasiswa : Telaah Lebih Dalam

Oleh : Tim Kajian & Strategi BEMJ-PD

Munculnya berbagai berita akhir-akhir ini yang mengaitkan mahasiswa dengan perekrutan Negara Islam Indonesia telah membawa kecemasan tersendiri. NII begitulah organisasi yang mengaku sebagai sebuah negara yang berlandaskan Islam ini dikenal masyarakat. Niat yang terlihat bagus ini nampaknya telah dijalankan dengan salah dan justru membawa kesesatan yang nyata.

Sejarah NII dalam sejarah Indonesia terbagi menjadi dua. Pertama, NII pada awal masa kemerdekaan Indonesia. NII saat itu didirikan secara resmi oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 7 Agustus 1949 dan beruntung bisa eksis sampai dengan 13 tahun kemudian (1949-1962). Negara yang dibawa oleh pemberontak ini mengacu pada Negara Madinah / hukum kenegaraan yaitu Hukum Islam. Disebutkan dalam dasar kenegaraan NII bahwa NII adalah negara karunia Allah SWT kepada Bangsa Indonesia dan Negara memjamin berlakunya syariat Islam di kalangan kaum muslimin.

Kedua, setelah perkembangan NII versi Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo berakhir saat ini munculah gerakan baru / jaringa bawah tanah yang mengatasnamakan NII yang sangat gencar dalam melakukan rekrutmen anggota baru yang caranya bertentangan dengan syariat Islam.

Banyak pembahasan yang sudah dilakukan mengenai bagaimana NII ini bisa kembali muncul di Indonesia. Namun sampai saat ini belum ada yang dapat menjelaskan secara lengkap dan runut mengenai pergerakan NII di Indonesia.

Melalui salah satu staff Departemen Kajian dan Strategi yang berhasil mewawancarai mantan anggota NII, target perekrutan yang dilakukan oleh jaringan bawah tanah yang mengaku NII ini adalah siapa saja. Namun karena modus yang mereka lakukan biasanya berbau agama, maka target yang mereka cari adalah orang yang sedang / baru belajar agama yang berarti ilmu agamanya masih kurang. Kaya / tidak, laki-laki / perempuan semua bisa menjadi target NII (tidak pandang bulu).

Contoh-contoh Modus Perekrutan NII:
  1. Beberapa teman mengaku, teman lama mereka datang ingin bertemu dengan dalih pengisian kuisioner skripsi
  2. Ajakan ke pengajian (which is kajian nya tentang pembelokan aqidah)
  3. Ajakan untuk pergi berdua ke tempat-tempat umum (beberapa malah mengajak ke mall atau restoran fast food)
Ciri khas :
  • misalnya tadinya pergi berdua, lama-lama ada orang lain dateng, terus nambah-nambah terus....dari cuma pergi berdua bisa jadi ber 5 atau ber 6
  • diajak pergi ke suatu tempat dan ditutup matanya

Berikut adalah kesesatan yang ditunjukan NII :

1.Para calon yang akan mereka dakwahi rata-rata memiliki ilmu keagamaan yang relatif rendah, bahkan dapat dibilang tidak memiliki ilmu agama. Sehingga, para calon dengan mudah dijejali omongan-omongan yang menurut mereka adalah omongan tentang Dinul Islam. Padahal, kebanyakan akal merekalah yang berbicara, dan bukan Dinul Islam yang mereka ungkapkan.

2. Calon utama mereka adalah orang-orang yang memiliki harta yang berlebihan, atau yang orang tuanya berharta lebih, anak-anak orang kaya yang jauh dari keagamaan, sehingga yang terjadi adalah penyedotan uang para calon dengan dalih islam. Islam hanya sebagai alat penyedot uang.

3. Pola dakwah yang relatif singkat, hanya kurang lebih tiga kali pertemuan, setelah itu, sang calon dimasukkan ke dalam keanggotaan mereka. Sehingga, yang terkesan adalah pemaksaan ideologi, bukan lagi keikhlasan. Dan, rata-rata, para calon memiliki kadar keagamaan yang sangat rendah. Selama hari terakhir pendakwahan, sang calon dipaksa dengan dijejali ayat-ayat yang mereka tafsirkan seenaknya hingga sang calon mengatakan siap dibai'at.

4. Ketika sang calon akan dibai'at, dia harus menyerahkan uang yang mereka namakan dengan uang penyucian jiwa. Besar uang yang harus diberikan adalah Rp 250.000 ke atas. Jika sang calon tidak mampu saat itu, maka infaq itu menjadi hutang sang calon yang wajib dibayar.

5. Tidak mewajibkan menutup aurat bagi anggota wanitanya dengan alasan kahfi.

6. Tidak mewajibkan shalat lima waktu bagi para anggotanya dengan alasan belum futuh. Padahal, mereka mengaku telah berada dalam Madinah. Seandainya mereka tahu bahwa selama di Madinah-lah justru Rasulullah saw. benar-benar menerapkan syari'at Islam.

7. Sholat lima waktu mereka ibaratkan dengan doa dan dakwah. Sehingga, jika mereka sedang berdakwah, maka saat itulah mereka anggap sedang mendirikan shalat.

8. Shalat Jum'at diibaratkan dengan rapat/syuro. Sehingga, pada saat mereka rapat, maka saat itu pula mereka anggap sedang mendirikan shalat Jum'at.

9. Untuk pemula, mereka diperbolehkan shalat yang dilaksanakan dalam satu waktu untuk lima waktu shalat.

10. Infaq yang dipaksakan per periode (per bulan) sehingga menjadi hutang yang wajib dibayar bagi yang tidak mampu berinfaq.

11. Adanya qiradh (uang yang dikeluarkan untuk dijadikan modal usaha) yang diwajibkan walaupun anggota tak memiliki uang, bila perlu berhutang kepada kelompoknya. Pembagian bagi hasil dari qiradh yang mereka janjikan tak kunjung datang. Jika diminta tentang pembagian hasil bagi itu, mereka menjawabnya dengan ayat Al-Qur'an sedemikian rupa sehingga upaya meminta bagi hasil itu menjadi hilang.

12. Zakat yang tidak sesuai dengan syari'at Islam. Takaran yang terlalu melebihi dari yang semestinya. Mereka menyejajarkan sang calon dengan sahabat Abu Bakar dengan menafikan syari'at yang sesungguhnya.

13. Tidak adanya mustahik di kalangan mereka, sehingga bagi mereka yang tak mampu makan sekalipun, wajib membayar zakat/infaq yang besarnya sebanding dengan dana untuk makan sebulan. Bahkan, mereka masih saja memaksa pengikutnya untuk mengeluarkan 'infaq', padahal, pengikutnya itu dalam keadaan kelaparan.

14. Belum berlakunya syari'at Islam di kalangan mereka sehingga perbuatan apapun tidak mendapatkan hukuman.

15. Mengkafirkan orang yang berada di luar kelompoknya, bahkan menganggap halal berzina dengan orang di luar kelompoknya.

16. Manghalalkan mencuri/mengambil barang milik orang lain.

17. Menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, seperti menipu/berbohong meskipun kepada orang tua sendiri.

Begitu nyata kesesatan yang dilakukan NII. Sebagai mahasiswa terpelajar yang kuliah di pendidikan dokter terintegrasi dengan Islam maka kita harus jeli dan peduli dengan modus-modus perekrutan seperti telah dijelaskan diatas. Seberapa kuat kita menjaga diri kita dengan mengisi hati dan pikiran kita dengan Islam yang murni dan kaffah itulah ukuran benteng terkuat untuk menghindari kesesatan - kesesatan yang secara tak sadar ada di lingkungan kita sendiri.

Demikian hasil kajian ini kami sampaikan. Semoga menambah wawasan bagi kita semua. Terimakasih.


Tim Kastrat :
  • Hafshah Sumayyah
  • Aniz Zamzami
  • Namira Azzahra Riswan
  • Alvin Rifqy
  • Zuwwidatul Husna
  • Pradipta Suarsyaf


Share/Bookmark

2 komentar:

afida mengatakan...

menurut ak, kenapa pemberitaan skrng bgitu gencar,
seolah2 membuat orng muslin ber paradigma seperti ini (membuat negara berhukun islam itu sama dengan sesat)
dan itu jg bersamaan dngn pemberitaan sidangnya ustad Abu

hmm,,,banyak teman2 sy di pndok jg berpikiran sperti itu, kalo ini adalah bagian dr ghazwul fikri jg,,,

Pradipta Suarsyaf mengatakan...

afida : ya, saya juga curiga apakah semua hal yang terjadi di Indonesia sudah direncanakan oleh 'suatu organisasi' yang menginginkan citra Islam hancur dari dalam. Dan sekali lagi kita menyaksikan bahwa media adalah sarana yang paling 'mereka' unggulkan. Islam tidak cukup memiliki media massa yang bisa menggiring pemikiran bangsa Indonesia akan Islam yang rahmatan lil 'alamin.

Walaupun kita tahu bahwa solusinya adalah Menguasasi Media, hal ini nampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Butuh proses panjang menuju kesana. Dan kita harus melangkah^^

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial