Senin, 14 Juli 2014

Pilpres 2014, Saya pun memilih...

Hingar bingar pemilihan presiden 2014 saya pikir akan selesai sesaat setelah pemungutan suara selesai dilaksanakan pada 9 Juli 2014 lalu. Ternyata, justru perang urat saraf makin kencang saja terasa. Sebelum pilpres saja sudah pening rasanya pemberitaan media yg overload tumpah tiap hari dari dapur berita mereka, mulai dari hal sepele blusukan dan mengurus kuda, hingga tetek bengek koalisi merah putih dan koalisi tanpa syarat. Semua pemberitaan terhampar luas dari sabang hingga marauke negeri ini.


Saya hanyalah manusia yang kebetulan diberi hidup di tanah air Indonesia. Saya pun tak lepas dari keriuhan pilpres 2014 yg jauh sekali '#rame'-nya jika dibandingkan dengan pilpres-pilpres sebelumnya yang terkesan biasa saja, damai adem eh tiba-tiba udah ada aja presiden baru. Pilpres 2014 menyuguhkan pemandangan yang berbeda, tiba-tiba masyakarat Indonesia 'tampak' lebih peduli akan nasib bangsanya, sepenglihatan saya pilpres kali ini lebih menarik banyak massa. Semua ini tentu patut disyukuri.

Terkisahkanlah dua calon empat manusia bersedia menjadi pemimpin negeri 250juta orang! Namanya Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. (Sinting! [ups]) memang bangsa sebesar ini kalau harus dipimpin oleh hanya dua orang saja. Namun bangsa ini dibangun berdasarkan sebuah konstitusi negara kesatuan Indonesia, maka itulah amanat yang harus dilaksanakan bangsa ini. Kedua calon sudah berhasil membentuk opini dimata konstituen mereka, keduanya tarik-ulur swing voter selama masa kampanye.

Segala bentuk persaingan ditunjukan. Walau kampanye hitam disana-sini, baik dari kubu 1 ke kubu 2, maupun sebaliknya, secara umum saya menilai kampanye berjalan dengan baik. Debat capres yang hanya 5x nampaknya cukup sukses dilaksanakan KPU demi memperjelas visi-misi kedua calon. [debat ke-5 paling top!]

Saya pun memilih... [telat nian baru share sekarang...]

Tepatnya setelah Jokowi menggandeng Jusuf Kalla sebagai pendampingnya dalam pilpres kali ini, hati saya sudah mulai terpolarisasi minimal [bahasa lw bro]. Belum terang-terangan saya publikasikan ketertarikan saya ini, saya masih menjadi pengamat yang pasif saat itu, selain juga karena lagi sibuk jadi dokter muda [cia elah..serius] Berjalannya waktu, sebagai insan politik yang lugu [kata abang R28] saya mulai melihat cahaya berbeda dimunculkan oleh pasangan Jokowi-JK, ya sebuah cahaya yang saya rasakan akan merubah Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik. Cahaya ini tak dimiliki oleh pasangan lainnya. Karena cahaya itulah [bismillah] saya putuskan pilih [turun tangan] dukung pasangan Jokowi-JK.

Cahaya itu adalah.... [macam hidayah saja..haha]

Pak Jokowi tak sempurna! [betul] Jokowi tak selesaikan tugasnya di Solo periode 2! [betul], Jokowi
kembali tak selesaikan tugas pimpin Jakarta! [betul] saya menyadari ketika saya menjatuhkan pilihan ke pasangan ini saya harus menerima track-record Pak Jokowi yg terkesan tidak amanah tersebut [ngomong ini dulu biar yg ga suka ma Jokowi agak adem baca lanjutan tulisan ini...hehe]

Pak JK pernah salah perhitungan [betul] banyak kekurangan [betul] sudah tua [betul], Pak JK disinyalir akan mendominasi kepemimpinan Jokowi jika terpilih. Saya menyadari betul ketika saya menjatuhkan pilihan ke pasangan ini saya harus menerima kondisi Pak JK tersebut yang terkesan sudah bukan zamannya lagi Pak JK pimpin negeri ini [seneng nih buat yg g respek sama pasangan ini..haha]

Tapi keduanya bersatu dalam harmoni yang tak terelakan! Kedua nya ibarat Goten & Trunks [di manga Dragonball...isshhh] yg melakukan fussion menjadi pasangan yang hebat.

Pak Jokowi ini manifesto kepemimpinan khulafaurasyidin yang kedua ~Sayyidina Umar bin Khattab~ bagi saya. Kurang besar apa kekuasaan darat laut umat Islam kala dipimpin oleh Umar? Suunggguuuh luas luar biasa, tapi ia tak jumawa dan mau turun ke lapangan untuk melihat kondisi riil bangsanya, Umar melakukan musyawarah diplomasi jika ada masalah, tidak serta merta dengan perang [subhanallah....teringat kisah Umar yg bertamu ke salah satu rumah masyarakat, benar2 top >> cari ndiri ceritanya ya]

Nah, itulah yg tergambar dari sosok Jokowi dengan aksi 'blusukan' nya. [mau bilang 'blusukan' itu pencitraan? tahan-tahan, haha..]. Ia berani merubah budaya kepemimpinan 'usang' yang selama ini ada dalam birokrasi pemerintahan Indonesia, budaya turun lihat langsung alias blusukan ini menjadi trend et causa Jokowi terkenal hingga mengantarnya menjadi juara 3 walikota terbaik dunia dan banyak meraih penghargaan prestisius lainnya. Ia selesaikan banyak masalah dengan cara elegan dan sabar, diskusi, komunikasi, diplomasi 'meja makan', kekeluargaan & kerakyatan menjadi jalan kepemimpinannya  [adem ya.. ^_^]. Tak asing dimata Islam pada sosok Umar, kini lahir pemimpin yg mirip [insyaAllah] dan saya ingin merasakan dipimpin oleh Presiden yang mau blusukan seperti Umar bin Khattab.

Selama kampanye jelas sekali apa yang beliau bawa untuk memimpin bangsa ini bukanlah ambisi [tidak ada iklan jor-joran ambisius bertahun-tahun mau jadi presiden], beliau maju karena didukung, beliau bukanlah siapa-siapa, lahir dari keluarga yang biasa saja di Solo, beliau juga bukan ketua partai, beliau bukan sanak saudara pemimpin sebelumnya, beliau tidak ada trah presiden/wakil presiden sebelumnya, bukan besan presiden, beliau murni lahir di rakyat dan menyeburkan dirinya dalam ranah politik untuk ambil estafet kepemimpinan bangsa ini dari Pak SBY. Nah, sebab inilah saya punya keyakinan after-taste ketika
Pak Jokowi resmi jadi presiden 2014-2019 semua pasang mata bangsa Indonesia tersadarkan kemudian akan tumbuh optimisme dari kalangan marginal yang wong cilik wong ndeso bahwa mereka pun bisa bermimpi tinggi, bisa punya harapan, bisa mencapai cita-cita setinggi bintang, bahkan menjadi presiden sekalipun.

Beliau muslim adalah syarat mutlak [saya pribadi] untuk memimpin negeri ini. [yang udah gregetan mau bilang Ahok ntar jadi Gubernur Jakarta klo doi jadi presiden!....tenang2 sabar, haha..] Saya menyadari hal ini dan inilah yang dijadikan alasan beberapa ulama untuk tidak memilih pasangan Jokowi-JK. Sempat
ketar-ketir juga saya saat menyadarinya, banyak teman-teman yang menukil alasan ini sehingga mereka beralih pilihan ke pasangan satu. Saya telaah lebih dalam visi-misi kedua calon, saya ikuti debat capres-cawapres, saya baca kisah-kisah Jokowi dan JK. 

Saya temukan alasan logis :
  1. Kelebihan pasangan dua lebih banyak dari pada pasangan satu
  2. Kebaruan yg dibawa pasangan dua lebih mendesak dimasa transisi pemerintahan saat ini
  3. Jokowi tak serta merta tinggalkan Jakarta membiarkan Jakarta dipimpin seorang Nasrani, justru Jokowi memperkuat nilai kepemimpinannya di Jakarta dalam memutuskan perkara-perkata Ibu Kota dari Istana Presiden [tau ndiri program jokowi banyak ditolak/ditunda ma pusat pas jadi gubernur jkt kemaren] jadi saya rasa ini bisa jadi 'penawar' jika Jokowi benar-benar jadi Presiden. Selain itu saya yakin dengan fungsi kontrol masyarakat DKI Jakarta yang kritis pada pemimpinnya, itu bisa jadi pegangan.


*) saya cuma mau bilang sama partai yang menyebarkan isu ini dan mengatakan Jokowi tidak amanah, partai itu munafik, dulu pas Jokowi berhenti jadi Walikota Solo periode 2 mau maju jadi Gubernur Jakarta ngedukung Jokowi, padahal Solo belum selesai masanya dan efeknya juga tau Solo jadi dipimpin Nasrani. eh, sekarang pas Jokowi peduli mau jadi presiden dengan konsekuensi yang sama dia menjilat ludah sendiri dengan pernyataan Jokowi ga amanah. cuma bisa geleng2 kepala...

Poin Jokowi lainnya adalah merangkul selesaikan masalah bersama. Pernah kah kalian merasakan rasanya memiliki sesuatu dan merasakan tanggung jawab memilikinya? Itulah yang saya rasakan. Kala Pak Jokowi duduk jadi Gubernur Jakarta, saya baru merasakan kehadiran pemimpin Jakarta. Perasaan yang tidak/minimal sekali saya rasakan pada periode sebelumnya (cc : Pak Fauzi Bowo, Pak Sutiyoso >> kalian top juga sih, Pak Sutiyoso : makasih pak buat Transjakarta nya). 

Gini nih maksudnya, ketika Jakarta dapat masalah contoh banjir, Jokowi itu merangkul masyarakat termasuk dengan cara blusukan itu untuk selesaikan masalah banjir, sehingga kala masalah banjir di Jakarta lalu respon kritik pada Gubernur menurun dibandingkan periode gubernur sebelumnya, kenapa? karena mayoritas warga jakarta tahu, he is working out there...dia lagi kerja keras menyelesaikan masalah banjir itu, gubernur lagi basah-basahan ditengah banjir, dia terlibat mengurusi masalah, dia bahu membahu selesaikan masalah menggandeng masyarakat selesaikan masalah. Kekuatan merangkul masyarakat untuk selesaikan masalah inilah yang dibutuhkan, sebuah budaya politik baru yang 'kena' banget dihati warga Jakarta (bukti : QC+RC sementara Jokowi-JK menang di Jakarta, top kan?)

Kesan terakhir dari Pak Jokowi sebelum tanggal 9 Juli adalah sifat tawakal beliau dimasa tenang tidak lagi sibuk cari dukungan kesana-kemari. Beliau beserta keluarga dan tim sukses berangkat ke Tanah Suci untuk Umrah, berdoa demi Indonesia yang lebih baik. [masih juga bilang pencitraan? capek deh..] Beliau ini pembaharu budaya politik, tak cuma kali ini beliau umrah, saat masa tenang pilkada solo periode satu & dua serta jakarta pun beliau umrah. Jadi bukanlah lagi pencitraan namanya, ini adalah budaya politik indah ala Jokowi namanya [Jokowi effect ? boleh...boleh...]

Refleksi dari sosok Jokowi, saya yakin Jokowi ga bisa pimpin Indonesia! Yakin sekali malah..beliau bukan tipe pemimpin otoriter sehingga basis kekuatan kepemimpinannya ada pada kepercayaan rakyatnya. Beda dengan tipe pemimpin otoriter yang basis kekuatan kepemimpinannya adalah ketakutan rakyatnya. [e.g. nya pemimpin otoriter ya pas ORBA, rakyatnya takut kan, hiiii. skrg pilih mana? saya sih pemimpin yang ga otoriter berbasih trust nya rakyat] So, Jokowi pasti gagal pimpin Indonesia jika tak penuh didukung rakyatnya. Apalagi Jokowi ini kan banyak kekurangannya, sumber introspeksi Jokowi itu bisa dilihat dari orang-orang yang ga suka sama beliau, eh...saya lihat banyak juga ya kurangnya Pak Jokowi [namanye juga manusia gan! ^_^]. Makanya Jokowi ini butuh dukungan superb dari rakyatnya, dan juga pasangannya.
Syarat pasangannya tentu : Harus Sama-Sama Hebat dengan Jokowi, dan menurut saya harapan pasangan Hebat ini terwujud dengan hadirnya Pak Jusuf Kalla yang saya hormati.

Pak Jusuf Kalla, [ini sih udah kelewat tua gan!] bener banget, udah 72 tahun loooh....mampu!? Banyak pihak yang menyayangkan majunya Pak Jusuf Kalla mendampingi Pak Jokowi, selain lebih pas jika jadi penasehat presiden juga karena faktor usia. Tapi ternyata banyak juga dukungan mengalir deras dari banyak pemuda Indonesia, bahkan banyak akademisi politik yang terang-terangan mendukung pencawapresannya :)

Pak Jusuf Kalla memang tua secara biologis, tapi jiwa-nya [banyak] lebih muda dan energik. Ibarat kata sebelum bangsa ini makmur dan masalah cepat terselesaikan beliau tak akan istirahat. Yang membuat saya [turun tangan] memutuskan pilih pasangan ini adalah faktor JK ini. Saya melihat JK adalah sosok berpengalaman yang paling tepat memimpin bangsa Indonesia dewasa ini. [bukti : nada negatif / kampanye negatif yg ditujukan pada JK sangat minimal dibandingkan tiga orang yg laen : Jokowi, Prabowo & Hatta] Ini sebuah tanda bahwa JK sudah diterima rakyat kebanyakan jika benar-benar terpilih jadi wapres.

Sang blesteran NU-Muhammadiyah ini punya segudang prestasi, mulai dari banyaknya gelar Honoris
Causa yang beliau terima dari Univeristas ternama di dalam dan luar negeri hingga prestasi diplomatiknya yang berakhir manis dengan perdamaian di Poso, GAM Aceh, Tsunami Aceh, dan Rohingya. Beliau adalah salah satu kunci sukses pemerintahan Pak SBY di parlemen Indonesia Bersatu Jilid 1.

Konsep kerja beliau adalah lebih cepat lebih baik dan juga inovatif. Banyak gagasan inovatif yang beliau laksanakan diluar mainstream yang ada di pemerintahan. Salah satunya adalah kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Sebuah langkah berani dari Pak JK saat itu. Efek manfaatnya dirasakan luas oleh masyarakat saat ini. Masalah masih ada terkait gas tersebut namun lewat kebijakan tersebut Indonesia bisa move on dalam bidang energi :)

Kesan terakhir tentang Pak JK adalah ungkapan beliau ketika duluuuu sekali di masa pilpres 2009, saat itu beliau ditanya, "Bapak akan ngapain kalau tidak terpilih lagi?" "Saya akan pulang kampung, saya akan berkontribusi untuk bangsa Indonesia" daaaan saya pun takjub, beliau amanah, beliau realisasikan "kontribusi untuk bangsa" tsb dengan berperan sebagai Ketua PMI, menjadikan PMI lebih modern dan mudah terakses [tau kan skrg klo mau donor ada di Mall? itu tuh inovatifnya pak JK, top kan? yoi]. Dan juga sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia, menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam di Indonesia, pemrakarsa integrasi ekonomi islam dengan masjid. Saya yakin kerja nyata Pak JK selama ini sangat bermanfaat untuk bangsa Indonesia lima tahun yang akan datang.

Hehe...sudah merasakan gelombang yang seriama antara Pak Jokowi & Pak JK ? Jika iya, itulah yang saya rasakan, mereka adalah harmoni. Terpilihnya No urut 2 semakin mengokohkan pasangan ini menjadi Harmoni dan Seimbang.

Alasan lain....

  1. Sangat sulit bagi saya percaya partai akhir-akhir ini, karena semua partai sudah terlibat korupsi, kecuali Nasdem [haha...wong belum pernah masuk pemerintahan] saya tak percaya partai termasuk partai2 dibelakang pak Jokowi-JK, dan juga semua partai koalisi Merah Putih nya pak Prabowo Hatta.
  2. Maka saya pilih pasangan dengan koalisi tanpa syarat, yang tak menjanjikan posisi apapun pada partai pendukungnya [pasti ada yg nanya : yakin tanpa syarat? haha...]
  3. Selain itu maka saya pilih yang koalisinya ramping, ga gemuk, ya berarti di pasangan nomor dua, hal ini meminimalisir dampak sistemik perilaku partai2 korup.
  4. Saya pilih tokoh dengan bukti nyata kerja nyata bukan tokoh dengan banyak mimpi


Saya turun tangan....

Saya bosan jadi penonton pilpres dari tahun ke tahun, sejak saya melihat pasangan ini hati saya tergerak untuk turun-tangan bantu kampanye Jokowi-JK. Belum pernah saya rasakan perasaan ini, perasaan ingin sekali bangsa ini dipimpin oleh Jokowi-Jk [hei...hei...ini bukan fanatik ya! beda looh...sono lihat diatas, saya pun mengkritik Jokowi toh]. Saya memutuskan turun tangan agar saya tidak hanya jadi saksi hidup majunya bangsa ini, tapi jadi pelakunya.

Saya pun jujur tersemangati oleh perkataan Prof. Anies Baswedan, Bangsa ini punya banyak masalah, masalah ini harus diselesaikan oleh orang baik, kenyataannya banyak orang tidak baik di masalah tersebut, bukan karena sedikitnya orang baik masalah tidak selesai, tapi orang baik ini ada namun hanya diam dan mendiamkan orang baik untuk selesaikan masalah bangsa.

Saya turun tangan untuk tidak diam dan mendiamkan orang baik ~Jokowi-JK~ untuk memegang otoritas tertinggi negeri ini. Saya pilih jadi relawan turun tangan untuk bantu keduanya pegang mandat rakyat. Saya terlibat, saksikanlah! Bismillah...

[final Argentina - Jerman, mulai....] galaauu...mau nonton.
demi bangsa ini saya lanjutkan...haha..

Saya hormati pilihan anda, hormati juga pilihan saya.....

Pilpres kali ini sebenarnya sederhana saja jika ingin damai, pegang kata-kata "Saya hormati pilihan anda, hormati juga pilihan saya". Kita memang boleh mempengaruhi orang lain untuk setuju dengan pilihan kita,, namun ada batasnya, jangan paksakan kehendak.

Pengalaman saya di media sosial banyak sekali yang menyayangkan pilihan saya jatuh pada pasangan nomor dua. Berbagai alasan dan input saran mereka berikan agar saya mau berubah haluan, bahkan ada yang tiap hari whatsapp saya untuk mendukung nomor 1 dengan mengirimkan pada saya hal-hal buruk dari pasangan yang saya dukung. Etis kah? Itukah Islam? Memaksakan kehendak? Jika tidak sesuai dengan pilihan kalian lalu jatuh pada marah, emosi, diungkapkan dengan kata-kata tidak sopan, cenderung kasar?? pikir... [cak lontong..hehe]. Sejauh ini saya tidak pernah ungkapkan ketidaksetujuan dengan kasar membabibuta, kita muslim sopan lah..

Quick Count, sang penghacur persaudaraan....

Sebuah kejadian langka terjadi pada Pilpres 2014, secara mengejutkan kedua calon mengklaim kemenangannya berdasarkan hasil hitung cepat. Yang bener aja!? Jelas yang salah disini adalah lembaga survey nya. Quick Count menggunakan dasar perhitungan yang ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan. Itulah mengapa dalam banyak kesempatan hasil Quick Count selalu hampir sama dengan Real Count. Ada dua hasil yang berbeda ini membuat kondisi menjadi rumit, dan jelas berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat.

Kalau sampai ada kerusuhan dan konflik besar setelah pengumuman resmi KPU 22 Juli nanti, maka pihak yang bertanggung jawan adalah lembaga survey.

Sebenarnya ada obat cepat mengantisipasi konflik ini :
1. Harus ada pasangan yang mengalah dan secara kesatria mengakui kemenangan pasangan lainnya.
2. Lembaga survey abal-abal mengakui kesalahannya

[siapa tuh yang harus ngaku kalah? ya pikirkan sendiri, clue nya ya hasil surveyor kredibel yg biasa sesuai tiap ada pilpres dan pilkada sebelum pilpres ini]

Jika kedua obat cepat ini terpenuhi, insyaAllah sembuh tanpa harus ada yang terluka.

Kritik saya pada kedua calon :

Disini saya mengkritik sikap tak dewasa yang ditunjukan Pak Prabowo baik pada media nasional maupun internasional, mengapa? karena pernyataan2 beliau di media2 tersebut justru menjatuhkan dirinya sendiri dan martabat bangsa. Apa untungnya Prabowo mengatakan hal-hal seperti itu pada media seperti BBC?[cari sendiri video nya ya...]

Untuk Jokowi saya mengkritik sikap tidak tegas bapak ketika akan memberikan bantuan donasi untuk palestina, ada perbedaan pernyataan antara bapak dengan Pak JK. Semoga kedepan lebih kompak ya pak. Saya percaya isu palestina yang diutarakan Pak Jokowi akan direalisasikan, itu janji saya akan pantau pak! :)

Kritik saya pada kedua pendukung :

Jangan umbar kata-kata aneh ini, “duh kalo pasangan ini yang jadi presiden kita, terima aja tuh dosa buat yang milihnya” haha..memangnya yang kasih pahala sama dosa anda? Pikir.. [cak lontong]

Jangan umbar data/berita tidak jelas. contoh : pemberitaan kalau Jokowi itu non-Islam, berita kacangan kayak gini yo masak masih disebarin...

Kalau mau fair unggulkan calon masing-masing, ceritakan saja kebaikan-kebaikan calon tsb, jangan heboh cerita kejelekan pasangan lain yang sumbernya juga ga jelas.

Jangan terperangkap isu bahwa segelintir orang dibelakang calon akan mempengaruhi si calon presiden & calon wakil presidennya. Seperti orang-orang dibelakang Pak Jokowi-JK ada tokoh-tokoh JIL, saya akui itu mengganggu, namun seperti yang saya katakan diawal saya memilih sosok bukan yang mendukungnya, saya tidak percaya orang2/partai dibelakang calon tsb. Jadi jangan generalisir bahwa kebijakan Jokowi-JK akan didikte oleh segelintir satu dua orang dibelakang mereka. Kalau mau bandingkan, dibelakang pasangan Nomor Satu memang tidak ada orang-orang liberal nya? orang-orangnya baik semua? Tidak bisa pastikan bukan ? Oleh sebab itu jangan sepenuhnya korelasikan antara calon dgn pendukungnya..

Cukup banyak curhatan pilpres 2014 kali ini....
Semoga 22 Juli nanti #Salam2Jari benar-benar menang.
Dan Indonesia dipimpin oleh orang yg mengemban kepercayaan rakyat :)

Pradipta Suarsyaf, S.Ked, CH, CHt
Bekasi, 14 Juli 2014

02.40 wib


Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial