Senin, 10 Juni 2013

Catatan Koas THT-KL : Belajar dari Lubang Kecil Istimewa

Stase THT baru saya selesaikan minggu lalu di RSUD Bekasi. Saya rasa saya cukup banyak mendapatkan pelajaran mengenai ilmu liang kecil yang ajaib ini. Tapi tetap saja hanya dalam waktu empat minggu sepertinya koass manapun akan sulit benar-benar memahami penyakit-penyakit THT (setidaknya ini yang saya rasakan, haha..tapi beberapa teman saya tanyakan juga demikian), bahkan untuk memenuhi standar kompetensi dokter umum kita perlu belajar ekstra selain dari apa yang kita dapat dari dokter di stase yang bersangkutan.


Di stase THT RSUD Bekasi sebagai koass kita punya banyak kesempatan untuk menganamnesa pasien, memeriksa pasien, mendiagnosis, sampai dengan melakukan tindakan jika memang diindikasikan. Selain itu kita juga berkesempatan untuk mengikuti dokter THT mengoperasi pasien. Selama empat minggu saya pernah melihat operasi tonsilektomi, trakeostomi, polipektomi, & biopsi nasofaring.

Ada beberapa buku yang bisa dipelajari selama menjalani stase THT ini. Yang paling jadi rujukan memang Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL terbitan FKUI (atau biasa disebut Buku Hijau THT). Namun tentu kalau ingin lebih mendalami harus dari buku lain seperti Buku BOEIS dan buku patofisiologi tentunya.

Di stase THT nya RSUD Bekasi ada tiga FK yang ikut : FK UIN, FK Trisakti, dan FK UKI. FK UIN ya hanya saya sendiri sedangkan FK Trisakti ada 4 orang dan FK UKI ada 3 orang. So, ada 8 orang yang tumplek blek dalam ruangan poli THT.

Yang menarik adalah kita diwajibkan untuk memeriksa setidaknya 20 pasien selama koass disini. Ini sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir nantinya. Selain tugas 20 pasien, kita diberi tugas referat dan presentasi kasus. Nah, diminggu terakhir kita bakal ujian pasien alias ujian lisan dari kasus yang dokternya ambilkan untuk kita periksa.

Memang ilmu THT ini ilmu lubang kecil. Tapi karena lubang kecil inilah ratusan orang tiap minggunya pasien berdatangan dengan berbagai keluhan. Mulai dari kurangnya pendengaran, rasa berdengung di telinga, sulit bernapas, sulit menelan, nyeri telinga, keluar cairan dari telinga, sampai dengan tertinggalnya kapas cotton bud di dalam telinga. Namun yang saya dapati dari guru saya di stase ini sangat sedikit mahasiswa kedokteran yang tertarik untuk menjadi spesialis THT. Bahkan beberapa wilayah di Indonesia di tingkat kabupaten pun ada yang tidak memiliki spesialis THT. Nah, mungkin ada beberapa koas yang terdampar ke blog ini kemudian tertarik menjadi spesialis THT monggoo.. :)

Saya ucapkan terimakasih pada dr. Satria, Sp.THT-KL, M.Kes dan dr. Farida Nurhayati, Sp.THT-KL, M.Kes yang telah banyak memberikan saya pelajaran berharga selama koass di stase THT RSUD Bekasi.

Pradipta Suarsyaf, S.Ked
Eks-Koass Stase THT RSUD Bekasi


Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial