Selasa, 14 Agustus 2012

Menembus Koran, Berani Menulis Artikel

Tak salah saya berkunjung ke Gramedia hari Senin lalu (13/8). Saya mendapati buku berjudul "Menembus Koran, Berani Menulis Artikel" karya Bramma Aji Putra. Kemasan yang cukup baik plus font judul yang mirip font koran Kompas menarik perhatian saya.  Sip, akhirnya saya beli buku itu dan telah tandas saya baca. Banyak pengetahuan baru mengenai tulis menulis dari buku ini, namun ternyata baru saya sadari bahwa cara bagaimana trik menulis, memecah kebuntuan dalam menulis, dan prinsip menulis yang saya yakini selama ini memang ada konsep dasarnya. Jadi apa yang saya lakukan, learning by doing menulis selama ini justru baru saya dapati konsep tertulisnya dari buku ini. 

Setelah menandaskan membaca buku ini, implikasinya bagi saya ? 

Al-kisah...


Terakhir kali saya menulis untuk media masa adalah ketika masih kuliah di Bandung. Dua artikel saya dimuat di rubrik mahasiswa di eramuslim.com. Awal yang baik buat seorang lulusan SMA dan baru tingkat awal kuliah. Namun setelahnya saya tidak concern menulis di media, saya lebih memilih berjibaku dengan menulis di blog pribadi saya ini.

Keinginan menulis di media masa kembali mencuat. Bahkan dengan cita yang lebih jauh. Menulis artikel dan dimuat di media masa harian koran. Saya menyadari keinginan ini timbul karena pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan yang cukup besar menurut saya adalah banyaknya tokoh nasional di kampus saya ~UIN Syarif Hidayatullah~ yang menorehkan sejarahnya dalam ribuan artikel di banyak media masa di Indonesia.

Sebuat saja Prof. Dr. Azyumardi Azra MA, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah dan juga Direktur Pascasarjana di universitas yang sama saat ini. Tulisannya selalu menghiasi berbagai ranah keilmuan di negara ini baik di media masa elektronik dan cetak. Entah sudah berapa banyak julukan yang diberikan padanya, Intelektual Muslim, Pemikir Islam, Budayawan, Cendikiawan, Pengamat Politik, dan lainnya. Saya rasa beliau termasuk orang yang kata Budayawan Emha Ainun Najib orang yang 'banyak tahu dalam banyak hal'. 

Prof. Azyumardi bisa seperti itu nampaknya tak lepas dari kebiasaannya mambaca banyak buku. Dalam riwayat hidupnya diketahui bahwa saat melanglang buana menuntut ilmu di Negeri Paman Sam Amerika beliau sering hijrah dari satu perpustakaan ke perpustakaan yang lain demi membaca buku. Dirinya tak pernah membatasi diri dalam membaca buku, nyaris apapun ia lahap. So, tak heran beliau mendapat banyak julukan tersebut.

Ketika pulang ke Indonesia pun beliau membeli banyak buku, kalau tak salah satu truk berisi buku datang ke rumahnya di bilangan Ciputat. Luar biasa!

Tokoh lainnya adalah Prof. Komarudin Hidayat, MA. Beliau tak kalah banyak menulis ketimbang Prof. Azyumardi. Suksesor Prof. Azyumardi di kursi Rektor UIN Jakarta ini pun sangat familiar di berbagai media masa di Indonesia. Tulisannya dimana-mana. Topik yang ia angkat pun sangat variatif dan update sesuai kebutuhan dan kondisi yang ada. Tak jarang belaiu diundang menjadi pembicara di televisi menanggapi situasi negara Indonesia di berbagai bidang kehidupan. Ya, bisa dibilang miriplah dengan Prof. Azyumardi.

Kondisi lingkungan akademis yang saya rasakan kedokteran UIN membuat saya termotivasi untuk terus belajar. Namun saya ingin lebih, walau perlu banyak penyesuaian yang sungguh tak mudah karena harus bisa membagi waktu antara membaca buku medis dan non-medis tapi saya tetap dalam pendirian saya. Saya merasa penting untuk membaca dan membaca, apapun itu. Dan dari membaca ini saya ingin menulis.

Seperti kata Stephen King, "If you want to be a writer, you must do two things above all others : read a lot and write a lot". 

Saya pun termotivasi oleh kata-kata Pramoedya Ananta Toer :

"Orang boleh pandai setinggi langit, namun selama tak menulis, ia akan hilang di masyarakat dan arus pusaran sejarah"

So, menjawab pertanyaan di paragraf awal. Implikasi buku baru itu pada saya adalah :

Buku itu semakin mengeraskan dan mengkristalkan niat saya untuk merealisasikan mimpi-mimpi dibidang membaca dan menulis. Menulis sudah menjadi target saya di masa pre-klinik dan klinik. Di masa pre-klinik saya sedang berusaha merampungkan buku bersama mahasiswa 4 program studi Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Saat klinik saya ingin tulisan saya mulai dimuat di koran!

Telusur dan surfing di internet, saya menemukan artikel menarik bagaimana caranya bisa menulis dengan cepat (baik untuk menulis buku / artikel) yang ditulis oleh Leo Babauta yang terkenal dengan Zen Habits nya.
_______________________

The 7-Step Write a Book Fast Program

Post written by Leo Babauta.

I’m often asked about writing (something I’ve done professionally for 22 years), and one of the most common things people want help with is writing a book.

I’ve written a number of books, including 110,000 words of a novel in a month (in addition to blogging regularly), and numerous non-fiction books. I could share a lot of tips for writing a book, but my favorite secret is how I can write a book in just three days.

I’ve written several books this way, and really, it’s the same process I used to write 110,000 words in a month. If you want to take several years to write a book, that’s fine, but you’ll want to skip this post. If you want to finally get that book done, here’s how to do it.

And trust me, it works.


  1. Create a Time Limit. I like to narrow the topic of my book down to something very specific, and keep it short and simple. If you do this, set a short time limit — a couple of times I set a three-day time limit for myself. I write quickly, so you might want a limit a bit longer, like 5 or 7 days, or two weeks if the book is longer or you are a slower writer. For a novel, 30 days is a good limit.
  2. Make a Public Challenge. This is really key. Tell people about your time limit, and when you’ll be doing it. For example, if you set yourself a limit of 5 days, tell them when the 5 days will be, and what your challenge is during those 5 days. Tell them that you’ll report to them each day during the challenge. You might make the challenge public on Facebook, Twitter, email, a blog, Google+ or a forum, for example. The challenge will motivate you to stay focused and get the writing done.
  3. Get Your Pre-Writing Done Beforehand. Before the challenge starts, do the research and make the notes you need. I will often outline my non-fiction book and save any information I need to my hard drive, so I don’t need Internet access during writing. For novel writing, I’ll make character sketches, plot notes, think through different themes, etc. Going on runs or taking long walks helps me to think through my writing before I write.
  4. Find a Distraction-Free Zone. I like getting away from my home and finding a tea house or library without Internet. I will often use headphones to keep from being distracted by people around me. I’ll close my browser and all programs but my writing tool. I’ll get other things done before the writing session starts.
  5. Get Some Inspiration. I like to read other writers as inspiration, and read about the writing habits of other writers. Sometimes music serves as good inspiration, or inspirational quotes from writers I admire.
  6. Work in Bursts. When I’m ready to write, I go to my distraction-free zone, play some music, and set a timer. I like to write in 15- or 30-minute bursts, take a 5-10 minute break, then repeat. During my break, I will walk around, do some exercise, stretch. Again, walking helps me to think through my writing.
  7. Report Your Success. Every day, stick to your commitment to report your success — or failure, as the case may be. Don’t let embarrassment stop you from keeping yourself accountable. This accountability will help you stick to it, and the reporting of success is like a celebration of your accomplishment that will motivate you to keep going as well.


That’s it. It’s a simple formula but it works well for me, for any kind of writing. In fact, it can work for any kind of creativity and any kind of work at all.

Happy writing, my friends
_____________

Yatta! Buku ke #30..
program baca #50 buku qobla koass!

Pradipta Suarsyaf, CH, CHt


Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial