Sabtu, 25 Agustus 2012

Digital Fortress : Benteng Digital yang selesai dengan lilin

Setelah tertunda sekitar dua semester untuk menyelesaikan novel pertama Dan Brown berjudul "Digital Fortress" ini, akhirnya selesai juga pada liburan ini. Buku ini membuat saya ketagihan karena semua terasa begitu high tech. Hahaha..tidak bisa bisa dipungkiri kalau saya juga mengikuti perkembangan teknologi hingga saat ini sehingga novel ini seperti membius saya untuk membacanya. Ada perasaan bersalah kalau tak selesai membacanya. (maaf kalau berlebihan :)

Novel Digital Fortress resmi dirilis pada tahun 1998 oleh penerbit St. Matin's Press. Novel ini kemudian diikuti oleh karya-karya fenomenal lainnya seperti Angels and Demons (2000), Deception Point (2001), The Da Vinci Code (2003), dan The Lost Symbol (2009). Alhamdulillah saya sudah rampung membaca ke-empat buku legendaris tersebut.


Ketika anda membaca buku-buku Dan Brown maka anda seperti disihir. Anda seperti melihat dan merasakan apa yang disampaikan penulis. Dan Brown pandai mengatur alur cerita hingga rasa penasaran pembaca akan terjawab pada tikungan-tikungan cerita yang tak terduga. Itulah yang saya rasakan pada setiap novelnya. Namun saya rasa itu tak cukup saya rasakan pada novel yang pertama dirilisnya ~ Digital Fortress~ ini. 

Diceritakan dalam novel ini, Susan Fletcher adalah matematikawan jenius yang bekerja sebagai kepala divisi kriptografi National Security Agency (NSA). Fletcher berhadapan dengan kode yang tidak bisa dipecahkan oleh komputer super NSA. Kode ini ditulis oleh Ensei Tankado, kriptografer Jepang mantan anggota NSA, yang tidak senang dengan cara-cara NSA memata-matai privasi masyarakat. Tankado menjual kode ini di situs webnya, dan mengancam akan menyuruh temannya menyebarkan kode ini secara gratis apabila ia dibunuh.

Tankado kemudian ditemukan telah terbunuh di Sevilla, Spanyol. Fletcher bersama tunangannya, David Becker, seorang ahli bahasa yang memiliki ingatan eidetik, harus menemukan cara untuk menghentikan penyebaran kode ini.

Sungguh cerita ini menarik. Tapi tak cukup menarik jika dibandingkan dengan The Lost Symbol dan Angels and Demons. Digital Fortress terkesan diselesaikan dengan terpaksa, hmm setidaknya itu yang saya rasakan. Entah karena memang seperti itu alur cerita yang diinginkan Dan Brown, tapi saya tak cukup puas :)

Bagi yang pernah membaca buku Digital Fortress saya punya penutup sebagai konlusi resensi buku ini.

Sangat disayangkan -_- 
Buku ini selesai dengan 'lilin'...*)

*) ingin tahu artinya? Baca bukunya ya...

Sekian...
Pradipta Suarsyaf, CH, CHt
~pecinta sastra~


Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial