Jumat, 23 Oktober 2009

QIYAMULLAIL, DOA, & INFAK

Allah SWT adalah Tuhan alam semesta. Dialah yang mengatur segala urusan makhluk di bumi dan di langit. Dialah Tuhan Yang Mampu menghidupkan dan mematikan. Di tangan-Nya terletak segala kebaikan.



Beruntunglah manusia yang sungguh menjadi hamba-Nya. Hamba yang dicintai dan diridhai-Nya. Sehingga setiap tindak-tanduk, laku dan pekerjaan yang ia kerjakan akan selalu mendapat pertolongan-Nya.

Allah SWT berfirman, “Hambaku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan ibadah nafilah (sunnah) hingga Aku jatuh cinta kepadanya. Bila Aku sudah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengaran dimana ia mendengar. Aku akan menjadi penglihatan dimana ia melihat. Aku akan menjadi tangan dimana ia menggenggam. Aku akan menjadi kaki yang dengannya ia berjalan.” HR. Bukhari

Demikianlah manusia yang menjadi hamba Allah sekaligus mendapatkan kecintaan-Nya. Hidupnya akan penuh dengan berkah dan bahagia dunia akhirat.

Dalam banyak kesempatan, Allah Ta'ala menggambarkan kebiasaan para hamba-Nya yang shalihin. Seperti tergambar pada ayat berikut:

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menginfakkan rezeki yang Kami berikan.” (As-Sajadah : 16)

Mengambil kesimpulan dari ayat diatas maka ada 3 cara kaum shalihin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ketiganya adalah : Qiyamullail, Berdoa, dan Berinfak!

Ketiga hal ini, bila dijalankan dengan kesungguhan dan istiqamah maka akan mendatangkan kecintaan Allah SWT dan pertolongan-Nya.

Qiyamullail merupakan sebuah ibadah shalat malam yang kedudukannya adalah satu tingkat dibawah shalat fardhu. Dia begitu utama dan amat dianjurkan. Sebab, pada saat itu Allah SWT turun ke langit dunia hanya untuk menjumpai para hamba-Nya yang shalih.

Rasulullah SAW bersabda, “Jika telah berlalu pertengahan atau dua pertiga malam, Allah SWT turun ke langit dunia dan berfirman, 'Adakah hamba-Ku yang berdoa, pasti akan Aku kabulkan. Adakah hamba-Ku yang memohon ampunan, pasti akan diampunkan.' Peristiwa ini terjadi hingga waktu Fajar datang.” HR. Muslim

Doa adalah hubungan komunikasi antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Bagai sebuah mantra sulap, maka doa pun akan terkabulkan. Sebagaimana janji Allah SWT dalam ayat berikut :

“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. 2:186)

“Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu.'” (QS. 40:60)

Infak adalah manifestasi rasa syukur seorang hamba atas anugerah Tuhan yang pernah ia terima. Infak ini pun akan membuat pertolongan Allah SWT segera datang kepadanya.

Rasulullah SAW bersabda , “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya..., Barangsiapa monolong saudara bagi musim lainnya..., barang siapa menolong urusan saudaranya (berinfak/bersedekh), maka allah akan menolong segala urusan. Barang siapa yang menyelesaikan sebuah kekaltan dirinya ada hari kiamat...'' hadits mutafaq alaih.

Ketiga cara ini merupakansebuah metode yang sistematik untuk meraih pertolongan Allah SWT. Ia merupakan sebuah entitas utuh dan berwujud satu-kesatuan. Bila rangkaian 3 ibadah ini dilakukan secara bersamaan, maka insya Allah pertolongan Tuhan pun akan terwujud.

Terdapat dalam kitab hadits riyadhus shalihin sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Siang itu seorang petani di kebun kurma meratapi kebunnya. Banyak sudah pohon yang tak menghasilkan disebabkan tanah kering tak punya air berkecukupan.

Tak lama kemudian ia mengambil sikap. Ia angkat kedua tangannya dan menengadahkan kepalaya ke arah langit. Ia pasrahkan kondisinya dan mengadukan permasalahanya kepada Tuhan yang yang teramat kuasa. Lama ia lakukan itu sambil berdiri. Ia yakin bahwa Allah ta'ala mendengarkan pintanya. Benar saja, Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan harapan serta permintaan hambaNya. Sejenak berselang, beberapa awan datang beriringan. Bagai ijabah atas do'anya, awan itu bergumul semakin tebal dan hingga berwarna kehitaman. Sang petani merasah girang. Ia tahu sebentar lagi akan turun hujan.

Namun sayang, seketika ia mendengarkan suara dari langit yang mengatakan, “Aahai awan, bergeraklah kekebun si fulan!” sejurus kemudian, bergeraklah awan meninggalkan petani yang tengah berdiri di kebunnya.

Gusar ia mendapati hal ini. Seolah tak menerima ketentuan, ia pun berlari mengikuti kemana awan itu pergi. Benar saja, akhirnya awan itu berhenti.

Awan kemudian menurunkan segala air yang dikandungnya di atas sebuah kebun yang amat rimbun. Lebat pohonnya serta buahnya. Di kebun tersebut, air tidak pernah kekurangan. Si petani berdiri terdiam dengan rasa sesal dan tanda tanya. Sejenak berselang, kemudian ia dapati ada sesosok pria yang ia duga adalah pemilik kebun yang beruntung.

Dibawah derasnya hujan, si petani menghampiri pemilik kebun lalu mengucapkan salam kepadanya. Salam pun terbalas, dan pembicaraan pun dimulai.

Petani berujar, “Saudaraku, apakah anda bernama si Fulan (ia menyebut sebuah nama yang ia dengar dari suara yang bersumber dari langit)?!” Seolah kaget namanya telah diketahui oleh orang yang belum dikenal, si pemilik kebun bertanya balik, “Dari mana anda tahu nama saya?” Maka si petani pun menceritakan kisahnya. Usai menjelaskan, sang petani bertanya kembali pada pemilik kebun, “Saudara, apa yang kau lakukan sehingga namamu disebut di langit dan rezekimu bisa datang berlimpah tanpa susah?”

Pemilik kebun menghela nafas. Sejenak ia berfikir, kemudian ia pun berujar, “Saudara..., tidak seorang pun mengetahui hal ini, aku pun akan menceritakan sebuah rahasia yang selalu aku lakukan.” “Apa itu, saudaraku?!”, sang petani mengejar penuh rasa penasaran.

“Ketahuilah..., setiap kali tanah ini memberikan hasil, sepertiganya aku sedekahkan. Sepertiganya lagi aku makan bersama keluarga. Sementara sepertiga sisanya, aku kembalikan ke kebun ini sebagai tambahan modal. Itulah yang aku lakukan dan rupanya Allah Ta'ala memberikan keberkahan,” pemilik kebun menjelaskan rahasianya.

Subhanallah! Rupanya inilah yang tidak dimiliki oleh si petani. Benar, ia telah berdoa kepada Allah SWT agar hujan membasahi kebunnya, dan Allah SWT pun mengabulkan perkenannya dengan mendatangkan awan. Namun keampuhan ibadah sunnah seperti qiyamullail dan doa belum akan terasa dampaknya, sebelum manusia melakukan infak atau sedekah di jalan Allah SWT. Maka awan pun memilih untuk bergerak dan menurunkan airnya bagi orang yang bisa mengerjakan ketiga cara sekaligus; Qiyamullail, Do'a, dan Infak! Semoga saya dan Anda melakukannya bersamaan. Amien.

Sumber : Lembar Jumat – OASE Penyejuk Jiwa – Ed. 12/IV Ramadhan 1430H – ACT


Share/Bookmark

2 komentar:

Anonim mengatakan...

hmm..
Subhanallah..
apa rasanya ya kalau Allah jatuh cinta kepada kita???
Pasti lebih indah daripada manusia yang jatuh cinta kepada kita...
Allah yang akan melindungi kita.. so sweet!!
Bahagianya jika orang yang dicintai-Nya itu adalah AKU..

hani mengatakan...

hmm..
Subhanallah..
apa rasanya ya kalau Allah jatuh cinta kepada kita???
Pasti lebih indah daripada manusia yang jatuh cinta kepada kita...
Allah yang akan melindungi kita.. so sweet!!
Bahagianya jika orang yang dicintai-Nya itu adalah AKU..

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial