Rabu, 11 Juli 2012

Sepatu Dahlan : Belajar dari yang Miskin

Sebuah novel yang menceritakan mengenai kerasnya hidup dan pentingnya perjuangan dalam mengatasinya. Dari novel ini saya belajar dari seorang Dahlan Iskan, seorang anak dari keluarga yang tak mampu berusaha menggapai setiap harapan kecilnya.


Alur yang disampaikan sebenarya bisa lebih seru. Entah mengapa saya kurang menangkap 'ruh' yang ingin disampaikan. Saya agak bosan membaca novel ini, tapi ya setidaknya untuk beberapa bagian saya merasakan 'ruh' nya masuk ke jasad saya, haha... Terutama bagaimana Ibu nya Dahlan Iskan yang begitu sabar dan tabah menjalani rutinitasnya membuat batik. Sampai dengan meninggal dan Dahlan Iskan begitu merasa kehilangan Ibunya dan juga 'lesung pipi' ibunya ketika senyum. Saya rasa itu salah satu bagian yang baik diceritakan oleh penulis.



Hal menarik lainnya adalah cerita Dahlan Iskan dan tim bola voli nya. Disini kita bisa mendapati cerminan Dahlan Iskan dulu yang sama dengan Dahlan Iskan sang Menteri BUMN saat ini. Ketegasan dan langkah cepat dalam menghadapi berbagai sekelumit masalah tanpa kenal putus asa benar-benar menjadi ciri khas yang memang sudah ada sejak dulu dalam diri Dahlan Iskan.


Setelah tamat buku pertama dari Trilogi Novel ini, saya tidak mendapati Dahlan Iskan kecil menyerah dari keadaannya. Kalau memang apa yang dia harapkan, seperti sepatu misalnya, belum kesampaian, ya tak masalah. Ia terus bermimpi dan terus bekerja keras menjalani setiap jengkal hidupnya yang sulit sampai Allah memberi 'sinyal' bahwa sudah waktunya punya sepatu.


there's a will there's a way...bagitulah hukum alam berlaku. Asal ada mimpi, keinginan, dan dipadukan dengan ikhtiar tak kenal lelah insyaAllah pasti akan tercapai.


Saya jadi merasa malu pada diri sendiri, dengan kondisi hidup yang lebih baik dari Dahlan Iskan, harusnya Saya bisa menggapai mimpi-mimpi yang jauh lebih banyak. Haha..tak apa, bukankah iri dalam hal belajar itu boleh? 


Oya, benar lah apa yang dikatakan oleh Dahlan Iskan di media masa :


"Saya dulu miskin, lahir dari keluarga miskin, tapi tak mengeluh kenapa saya miskin? Karena waktu itu mungkin semua orang miskin,"


Coba simak, "tapi tak mengeluh". Inilah mental sukses yang manjadi kunci dari permasalahan kemiskinan ataupun berbagai masalah dalam hidup. Ya ga?


Nah, konsep "jangan mengeluh" ini dulu saya dapati juga saat ikut pesantren di Daarut Tauhid. Langsung diajarkan oleh KH. Abdullah Gymnastiar. Beliau mengaitkan bahwa permasalahan hidup tak jauh bahkan identik dengan permasalahan hati (qolbu). So, hanya dengan sikap terbaik dari diri sendiri lah yang dalat mengatasinya. Jelas mengeluh akan membuat 'capek' dan 'luka' pada hati. Namun dengan 'ikhlas' dan 'tak mengeluh', keduanya bisa menjadi penawar yang mujarab.


Walau saya agak bosan dengan novelnya, dan jujur saya membeli buku ini karena ke-TOKOH-an Dahlan Iskan. Hehehe...bukan karena penulisnya siapa. 


Semoga di 2nd book nya saya bisa mendapatkan 'ruh' segar dari kisah seorang Dahlan Iskan, sang Miskin yang jadi Menteri BUMN ini.


Level rekomendasi : Bagus! Silakan dibaca...inspiratif!
haha...uda kayak kritikus novel aja saya nilainya... :)
Enjoy the book...



Profil Buku
Judul : Sepatu Dahlan
Penulis : Khrisna Pabichara
Penerbit : Noura Books
Cetakan : I, Mei 2012
Tebal : 369 hlm


Pradipta Suarsyaf
~ Penikmat Sastra ~
yosh...! buku ke #25! kejar #50 buku qobla-koas...
...kitab biografi Steve Job on progress, tebel + english pula jadi agak lama..^^


References :

  • Pabichara, Khrisna. 2012. Sepatu Dahlan. Jakarta : Noura Books
  • Herdiana, Iman. 2012. Dahlan Iskan Curhat Tak Ngeluh Terlahir Miskin. (Online : July 11th 2012). Available at URL : here
Resensi Buku tentang Dahlan Iskan silakan baca "Habis Gelap, Terbitlah Terang" disini.


Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial