Minggu, 30 Agustus 2009

Dokter itu . . .

Entah kapan pertama kali aku bantu2 bapak untuk menyiapkan obat dari resep yang bapak buat. Ehm, kalo kagak salah sih SMP. Waktu itu aku tertarik bukan karena suruhan orangtuaku itu, tapi di ruang obat itu aku cuma mau bikin puyer yang di 'ulek'2 (sambel apa, ha2... ).


Tapi beranjak dewasa aku mulai tersadarkan akan perih, payah, dan susahnya menjadi seorang dokter. Walau aku belum jadi dokter (tapi insyaAllah jadi...) aku bisa melihat dan merasakan hal tersebut dari bapakku. Waktu liburan dirumah disamping melepas rindu ama ortu, ya paling disuruh ortu untuk bantu2 praktek dokter bapak.

Menurutku, dokter adalah penyambung tali kasih Allah kepada hamba-Nya yang sedang dicoba sakit. Dokter manjadi penyampai kasih sayang Allah kepada orang sakit. Amanah yang ditanggung dokter bertambah berat karena ia diamanahi secara tidak langsung 'nyawa' seseorang.

Ini merupakan Catatan Awal ku sebelum aku menekuni bidang Kedokteran...
Kalau melihat bapak yang seorang dokter umum, aku melihat sisi enak dan tidak enaknya:

Dari sisi 'enaknya' --> seorang dokter masih dapat bercengkrama dengan keluarganya. Masih bisa ngobrol dengan istri dan anak2nya. kalau dibandingkan seorang teknisi perminyakan yang pergi ke laut lepas baru ketemu anak istri 2/3 bulan kemudian, jelas dokter pilihanku.

Dari sisi 'tdk enaknya'--> seorang dokter harus siap siang malam. Kadang ada panggilan dari pasien yang keadaan kesehatannya buruk, dokter harus siap tengah malam pergi ke rumah pasien tersebut. Padahal itu waktu tidur bro... Nah disinilah dokter diuji keikhlasannya. Ya, semoga aku bisa seperti bapakku yang sabar dan ikhlas memeriksa dan melayani pasien setiap malamnya... Aaamin.

Kemarin malam (29/08) di MetroTV ada yang menarik di acara Kick Andy. Pada malam itu Kick Andy membawa tema kalo gak salah '1 Keluarga 1 Profesi'. Salah satu yang diundang adalah keluarga yang semuanya adalah dokter gigi! Ha3... Mantabs betul... Rezim dokter gigi. Dari mulai kakek, bapak, ibu, cucu, menantu, dll ...

Nah, aku bersyukur punya bapak yang tidak memaksakan kehendaknya pada anaknya. Mau jadi apa ke, terserah masing2 anak. Semisal cita2 ayah/ibu yang ingin anaknya menjadi dokter maka haruslah anaknya jadi dokter. Padahal minatnya bukan disana. Kecuali bapak/ibu dan anak secita-cita... Ha3...

Maaf kalo tulisan ini rada ngawur... tengah malem soalnya, ngantuk bro...
udah dulu ah... wassalam.

Pradipta Suarsyaf


Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial