Rabu, 05 September 2012

Psikologi Kematian : Ubah Ketakutan jadi Optimisme

Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata "kematian" ? Sebuah kata yang bisa saja gambaran tiap orang hampir seragam. Tak jauh dari suatu kejadian yang mengerikan dan orang cenderung enggan membicarakannya bahkan mungkin malah menjauhinya. Ya, ada yang mengganggapnya tak pantaslah atau lainnya. Tapi di Islam kita diajarkan bahwa kita harus meyakini bahwa suatu hari kita pasti akan mati dan kembali kepada yang menciptakan kita, Allah.

Buku karya Rektor saya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, yang berjudul "Psikologi Kematian" ini menggambarkan kematian sebagai suatu yang berbeda dari pandangan banyak orang. Bahwa kematian selain pasti kita hadapi juga harus kita lewati dengan rasa optimisme. Sebuah topik menarik yang membuat saya memutuskan membeli buku ini, selain merasa punya kewajiban untuk mengenal lebih dekat Rektor saya tentunya (hahaha..). Tujuan buku ini pada akhirnya adalah merubah paradigma berpikir kebanyakan ummat mengenai kematian, dari ketakutan menjadi optimisme.

Ada bagian yang menarik dalam buku ini, ada sebuah ungkapan barat yang sesuai dengan makna kematian dalam Islam.

"Segala sesuatu yang pasti akan terjadi, berarti dekat"

Kita sebagai manusia sudah pasti tahu bahwa kita akan mati. Sehingga kematian adalah kepastian. Maka mati adalah dekat, bahkan lebih dekat dari kemungkinan-kemungkinan yang ada didunia. Mengapa? Karena waktu mati tidak ada seorangpun yang tahu.

Prof. Komaruddin yang bidang keahliannya memang di bidang filsafat agama menjabarkan hakikat kematian juga dari sisi filsafat. Beliau bercerita bagaimana filsuf Yunani, Socrates, dihukum mati karena keyakinannya, dan juga beberapa tokoh lainnya. Disini yang ditekankan adalah bagaimana orang-orang ini punya kebermaknaan sendiri dalam menghadapi kematian.

Hal lain yang menarik..

Sungguh aneh jika setiap manusia akan berakhir disuatu titik bernama kematian. Jika demikian adanya maka tak ada artinya orang jadi orang baik dan jahat. Mereka semua akan berakhir sama, mati. Tidak ada timbal balik yang setimpal. Maka, kehidupan setelah kematian adalah jawabannya. Itu merupakan sebuah kepastian bahwa ada kehidupan setelah kematian yang akan menjadi mahkamah agung yang menilai apa yang dikerjakan oleh manusia.

Sangat menarik menelaah hakikat hidup manusia dibalik setiap lembaran buku ini. Ada baiknya kalian juga membacanya.. Recommended!

=============================================

Walau sebenarnya sedang disibukan dengan riset dan sebentar lagi akan sidang, Saya tetap memaksakan diri untuk membahas buku yang saya baca. Bukan tidak konsisten dan tidak ingin fokus. Tapi sebab waktu yang mendesak pencapaian mimpilah yang membuatnya demikian. 

Seantero angkatan kedokteran saya tengah heboh dengan pemberitaan akademik bahwa kami akan masuk koass lebih cepat satu bulan dari yang dijadwalkan! Saya insyaAllah akan mulai koass tanggal 5 November 2012 ! So, saya harus cepat selesaikan riset dan juga target 50# bacaan buku sebelum koass. Bismillah..

dan beberapa menit lagi saya akan semakin mendekati kematian...
di usia 22 tahun pada 6 September 2012 besok... :)


Sip, ini buku ke #37 ! kejar 13# buku lagi...
Pradipta Suarsyaf, CH,CHt



Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial