Minggu, 01 April 2012

Indonesia Mengajar : Karena Kita Cinta Indonesia !

Pernahkah kalian merasakan nikmatnya mengajar? Hoho..saya pernah merasakannya saat dulu masih menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Saat itu setiap akhir pekan saya bersama kawan saya, Aditya Krishna, dan sesepuh Kang Surya Kresnanda rutin berangkat ke Cimahi untuk mengajar anak-anak di sebuah masjid komplek perumahan. Perjalanan yang cukup jauh, setidaknya 1,5 jam dari kos saya yang di daerah Dago atas kota Bandung. Tak heran saat tiba di masjid itu tampang kami sudah tidak jelas. Hahaha... tapi rasa letih itu rasanya sirna ketika melihat anak-anak sudah berkumpul antusias di masjid. :)



Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam kemajuan suatu bangsa, Human Development Index atau yang kadang dikenal juga sebagai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang notabene salah satu indikator dalam menilai tingkat kemajuan suatu Negara merupakan pengejawantahan  dari tingkat pendidikan manusia, karena 2 dari 4 faktor dalam IPM ini adalah melek huruf dan pendidikan itu sendiri.


Berawal dari latar belakang dari hal itu, Mei 2010 Anies Baswedan menggagas konsep sebuah gerakan bernama Indonesia mengajar. Semangatnya adalah melunasi janji kemerdekaan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Dengan 2 poin output yang diharapkan : menginspirasi anak-anak pelosok serta menumbuhkan calon-calon pemimpin Indonesia dengan karakter world class competence and grass root understanding

Buku "Indonesia Mengajar" mengembalikan memori saya akan pentingnya transfer ilmu. Dari manapun dan kapanpun serta melalui fasilitas apapun. Jalan yang diambil oleh penggagas sekaligus ketua yayasan Indonesia Mengajar, Pak Anies Baswedan ini sungguh patut kita acungi jempol. Sebuah gerak nyata yang dikoordinasikan secara nasional untuk mencerdaskan anak bangsa ini mengundang decak kagum saya.

Gerakan Indonesia Mengajar ini cepat direspon oleh mahasiswa yang menjadi subjek pengajar muda. Banyaknya mahasiswa yang mendaftar untuk menjadi pengajar Indonesia Mengajar ini menjadi buktinya. Sampai akhirnya terpilihlah mahasiswa-mahasiswa berprestasi menawan yang siap terjun langsung ke daerah-daerah di Indonesia, mengajar anak-anak penuh potensi.





"Selama setahun ini deretan kisah para Pengajar Muda ini seakan tak berujung. Setiap hari ada yang baru. Setiap persaudaraan adalah kebaruan penuh nuansa ikhlas. Ada terlalu banyak kisah mereka, kisah yang akan selalu menempel dalam kenangan para Pengajar Muda. Di buku ini sebagian dari kisah, pengalaman, dan pengamatan Pengajar Muda dituliskan."
(Anies Baswedan, dalam Pengantar buku IM)



__Sejak tahun 2010, 11.017 sarjana Indonesia telah mendaftar untuk mengabdi pada negeri dan 170 dari mereka terpilih sebagai Pengajar Muda untuk mengajar 18.003 siswa di 117 desa di 14 kabupaten__



Geliat Indonesia Mengajar ini kembali mengundang rasa penasaran saya ketika saya kembali melihat kata-kata "Indonesia Mengajar" di Toko Buku Gramedia di Bintaro Plaza. Hmm...dan akhirnya saya tergoda untuk membelinya. Yup, ini adalah buku ke-15 yang saya baca!

Buku ini merupakan kompilasi kisah-kisah para pengajar muda yang tersebar di daerah-daerah terpencil di Indonesia, seperti Bengkalis (Riau), Halmahera Selatan (Maluku Utara), Majene (Sulawesi Barat), Paser (Kalimantan Timur), dan Tulang Bawang Barat (Lampung).



Kompilasi kisah-kisah dalam buku ini dibagi menjadi 4 bagian :
  1. Anak-Anak Didik Pengajar Muda
    • Disini para pengajar muda bercerita mengenai anak didiknya yang ternyata unik-unik. Ada anak yang sangat cerdas, ada anak-anak yang suka menulis surat jika ingin menyampaikan sesuatu ke pengajar muda. Disini juga tergambar bagaimana cintanya pengajar muda pada anak didiknya. Nampaknya mereka merasakan keindahan dari saling berbagi dalam mendidik anak-anak itu. Ahhh..indahnya :)
  2. Memupuk Optimisme
    • Bagian ini menggambarkan sebuah pengharapan / optimisme para pengajar muda mengenai pendidikan Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang. 
    • di salah satu tulisan di bagian ini, seorang Pengajar Muda menuliskan :
    • "I think the conclusion is, somehow, clear as the sky above Bibinoi right now. Every Stakeholder, parents, society, or whoever concerns about education (maybe it’s you too, dear readers) needs to encourage quality education in every close environment. I see that the bright future’s ahead of us. How beautiful our country is when someday, our children could access education, not just free, but always surrounded with qualities." (Bayu Adi Persada)
    • sebuah mimpi hadirnya pendidikan bagi setiap anak bangsa dimanapun ia berada. Tidak gratis tapi 'abal-abal' tanpa kualitas! Tapi gratis dengan kualitas yang baik, didukung oleh infrastruktur yang mumpuni.
    • "Free doesn't mean quality and sometimes, quality means money, money means expensive. Expensive means aducations just for several high class people who could pay bucks to the school"
    • Semoga pendidikan gratis yang saat ini digadang-gadangkan pemerintah, bukan gratis tak berkualitas, tapi jelas gratis berkualitas! 
    • di bagian lain ada yang membahas tentang pentingnya terus mencoba, tidak takut gagal dan terus mencoba. Ada quote menarik disini : “Aku tidak melakukan kesalahan, aku hanya berhasil menemukan 999 cara yang salah” (Thomas Alva Edison) --> It begins with one small step to make giant leap!
  3. Belajar Rendah Hati
    • nampaknya bagian ini ingin menggambarkan tujuan dari program Indonesia Mengajar dalam membentuk  karakter world class competence and grass root understanding pada setiap pengajar muda.
  4. Ketulusan Itu Menular
    • bagian ini menceritakan interaksi antara pengajar muda dengan anak didiknya. Dan sejalan dengan waktu ketulusan itu pun menular :)
    • Ada anak didiknya memilih pengajar muda sebagai guru terfavorit di sekolahnya dan pengajar muda sampai menggambarkan kecintaan antara dia dengan anak didiknya dengan sebuah ungkapan : "It feels like heaven" ; anak didiknya sampai bilang : "Bagi saya, Kak Nila adalah guru favorit saya", "Kak Nila, guru yang kucintai dan kusayangi", "Kak Nila, cantik, jangan pulang, ya, Kak.." ___indahnya ;)
    • Ada juga kisah seorang pengajar muda yang terinspirasi oleh seorang bapak guru yang berasal dari kota, mengabdikan diri mengajar di pedalaman Kalimantan, Paser, sudut timur Borneo. yaah.. "It's about choice, It's about choose"
    • Ada quote bagus : "There are only two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle." (Albert Einstein) __banyak keajaiban-keajaiban yang tak kita sadari memenuhi alam sekitar kita, tinggal bagaimana kita menjadikannya penguat diri hingga menjadikan diri inilah keajaiban itu :)
Diakhir buku ini, dimuat profil-profil singkat dari para Pengajar Muda. Mereka adalah orang-orang luarbiasa yang rela meninggalkan kemegahan yang sungguh sangat mudah mereka raih dengan kualitas mereka, demi mencerdaskan anak bangsa di pelosok negeri. Allahuakbar! Semoga Allah mengganti setiap tetes keringat mereka dengan titisan sejuknya surga-Nya Allah. Amin....

Dari apa yang saya baca, saya menangkap bahwa Indonesia punya kapasitas sebagai bangsa yang besar! Lihatlah bagaimana mereka pemuda-pemuda ini ikhlas mengabdi pada bangsanya demi Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang. Tak diragukan, kalau kita tanyakan "Mengapa kalian mau mengajar disana?" ; mungkin jawabannya adalah "Karena Kita Cinta Indonesia!" 

Yatta!, akhirnya selesai juga rensensinya :) selalu nyaman bisa sharing apa yang dibaca...indahnya berbagi :) Ayo...baca setiap inspirasi buku ini... :)

Oya, bagi teman-teman yang ingin mendonasikan hartanya demi berlangsungnya program Indonesia Mengajar, monggo silakan dicatat ya :

a/n. Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar
Bank Central Asia (BCA)
No. rek : 308-209-202-9

Reference :
Pengajar Muda dkk. 2011. Indonesia Mengajar. Yogyakarta : Bentang Pustaka

website resmi : http://indonesiamengajar.org/









Share/Bookmark

2 komentar:

yanwar mengatakan...

Alhamdulillah... nemu blog bagus sangat.
Ceritanya berawal dari sebuah kata kunci "Keluar dari Zona Nyaman".

Wah, buku ini perlu dibaca oleh para cagur. Sayang gak ikut proyeknya pak Anies Baswedan. Tak apalah...

Pake teknik speed reading ya mas... ??

Pradipta Suarsyaf mengatakan...

yup, semoga saja para cagur sempat ya baca buku2 berkualitas macam ini.. :)

ya, sedikit banyak saya menerapkan speed reading :)

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial