Senin, 10 Oktober 2011

Sisi Ayah Seorang Hasan Al-Banna : Outstanding Father !


Ini adalah buku ke-5 yang saya baca..^^ Judulnya : CINTA di Rumah HASAN AL-BANNA. Setelah sekian lama terparkir rapi di rak buku tak terbaca, akhirnya bisa saya baca juga. Ok, jadi tentang apa sih isi buku ini?

Saya sudah mengenal Hasan Al-Bana sejak saya SMP, berikut dengan gerakan Al-Ikhwanul Al-Muslimin yang beliau perjuangkan di Mesir. Saya cukup banyak mengetahui sepak terjangnya dalam membawa misi dakwah Islam hingga pengaruhnya meluas hingga ke Indonesia. Mungkin Saya termasuk orang yang terpengaruhi cara berfikirnya oleh manuver pergerakan dakwah Hasan Al-Bana.



Namun saya tidak mengetahui sisi lain yang terungkap melalui buku yang saya baca ini. Hasan Al-Banna dari sisi seorang Ayah! Inilah buku kedua di bulan Oktober ini yang membuat saya meneteskan air mata. Saya sering mendengar bagaimana seorang Ibu berkorban demi anaknya, bagaimana seorang Ibu dengan sangat luar biasa mengayomi anak-anaknya. Dan memanglah layak seorang Ibu lebih dimuliakan dibandingkan dengan Ayah. Namun, Saya baru kali ini membaca kisah seorang Ayah yang sangat luarbiasa, yang saya yakin sulit saya temui saat ini. (maksudnya sampai pada tingkatan yang Hasan Al-Banna lakukan pada anaknya..)


Luarbiasa, pernahkah anda mendengar seorang Ayah yang bekerja untuk sebuah gerakan terbesar di Mesir yang memiliki cabang ratusan di seantero Mesir masih menyempatkan diri membawakan roti untuk anaknya ke Taman Kanak-Kanak? Di tengah himpitan dan tekanan dari kolonial Inggris saat itu beliau masih sempat membelikan bacaan kisah Salahudin Al-Ayubi untuk sekedar menggantikan komik yang anaknya baca? Disaat dia harus melakukan berbagai kegiatannya berdakwah, menulis, dan menyampaikan risalah beliau masih sempat untuk selalu makan bersama dengan anak-anaknya.


Dan beliau masih sempat untuk mengajak anak-anaknya berlibur dan tahukah kita bahwa Hasan Al-Banna bagai seorang Ibu menuliskan segala keperluan anak-anaknya? Beliau menuliskan sejarah kelahiran anaknya, beliau mengarsipkan riwayat penyakit anaknya, beliau mengarsipkan riwayat pendidikan anaknya dan prestasi yang diraih anaknya. Dan yang membuat saya terkagum beliau sampai menganalisis kekurangan anaknya dalam bidang apa dan mencarikan solusi bagi anaknya agar mengerti bidang tersebut.

Dan beliau lah yang mengajarkan bagaimana kalau keluar rumah harus menggunakan sandal. Dan ketika salah seorang anaknya bernama Tsana melanggarnya beliau menghukumnya dengan memukul kakinya dengan mistar. Namun, Tsana bercerita "Saya hampir-hampir tertawa, karena pukulan yang Ayah berikan terlalu pelan dan nyaris tanpa rasa sakit sedikit pun". Begitulah seorang Hasan Al-Banna mendidik anaknya.



Dan setidaknya saat ini mulailah kita meyakini bahwa Ayah (kalau saya memanggilnya papah..^^) memiliki peran besar dalam kehidupan kita. Dan berterimakasihlah padanya yang telah berjuang keras mendidik kita. Beliau lah yang berfikir keras bagaimana pendidikan kita dan bagaimana kita bisa mandiri dalam hidup. Beliau yang mengajarkan bagaimana bermimpi dan mengejar apa yang dicita-citakan. Dan bagi Saya pribadi, Papah adalah sosok yang menginspirasi dengan segala kerendah-hatiannya, dengan segala nasehat nasehatnya, dengan segala pengorbanannya. 

Maka sungguh berterimakasihlah kita semua pada Ayah!
Karena Ayah begitu berharga!

Untuk Papah, Terimakasih atas didikanmu selama ini!
Hontouni Arigatou gozaimasu, Otousan^^


Berikut ada video tentang Ayah yang sangat rugi jika Anda tak menontonya :


Share/Bookmark

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar...

 
© Copyright by Good is the enemy of Great  |  Template by Blogspot tutorial